Ini dia Kisah Saksi Wisata Religi Sejarah Jogja Di Situs Giring

Ini dia Kisah Saksi Wisata Religi Sejarah Jogja Di Situs Giring
Ini dia Kisah Saksi Wisata Religi Sejarah Jogja Di Situs Giring

Seorang tokoh yang tak banyak dikenal kalangan awam pernah terkait dalam sejarah pendirian kerajaan Mataram Islam. Namanya adalah Ki Ageng Giring. Dan makamnya di kawasan Desa Sada, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunungkidul kini menjadi salah satu destinasi wisata religi sejarah yang terkenal dari kawasan Gunung Kidul.

Dikisahkan dalam salah satu bagian dari Serat Sultan Agung, Ki Ageng Giring justru menjadi orang yag menerima wahyu kekuasaan dari kerajaan Mataram. Wahyu ini berawal dari perjuangan spritiual Ki Ageng Giring dalam mencapai keberhasilannya, mengembalikan kejayaan kerajaan hasil peninnggalan sang ayah sekaligus mencegah suksesi yang tidak diinginkan.

Dalam kisah ini, tokoh Ki Ageng Giring yang dimaksud adalah Ki Ageng Giring III, cucu dari Ki Ageng Giring I yang sebenarnya adalah putra kandung dari Brawijaya IV dari istri Retna Mundri. Berakhirnya kerajaan Majapahit membuat putra-putra kerajaan terlempar ke berbagai penjuru negeri termasuk Ki Ageng Giring yang terlempar ke Paliyan.

Kisah sejarah dari aliran darah Majapahit inilah yang mendorong setiap anak keturunan Ki Ageng Giring terus bertirakat demi bisa mengembalikan tahta sang leluhur. Sampai muncul wahyu kepada Ki Ageng Giring III. Tokoh yang terkenal akan kemampuannya sebagai petani kelapa dan nira ini mendapat wahyu untu menanam sebuah saput kelapa kering.

Baca Juga:  Tugu Jogja: Bukan Sekedar Symbol dan Landmark Saja, Tapi Memiliki

Dengan ajaib, saput tersebut mendadak menjadi pohon kelapa yang tahun demi tahun beranjak besar. Sampai satu masa kelapa tersebut berbuah, dan sang Pangeran mendapat wahyu untuk menegak air kelapa tersebut dalam satu tenggak untuk bisa mencapai kembali kursi tahta.

Demi bisa memenuhi syarat tersebut, ki Ageng pemanahan berkeliling pekarangan supaya merasa haus. Sayang sekali, harapan ini pupus sekejap mata ketika justru air kelapa ini dinikmati oleh saudara seperguruan Ki Ageng Giring ketika nyantri dengan Sunan Kali Jaga. Saudara seperguruannya, KI Ageng Pemanahan merasa sangat haus hingga  lamgsung meminum air kelapa di dapur. Dan itu pertanda bahwa tahta akan diserahkan kepada Ki Ageng Pemanahan.

Namun berdasar kesepakatan kedua tokoh penting Mataram ini, sang penerima tahta akan memberikan hak pengabdian sebagai pemimpin pada Anda hanya untuk turunan ke tujuh dari trah. Dan konon terbukti adanya kisah mengenai pangeran Puger, yang terbukti merupakan keturunan dari sang figur Ki Ageng Giring.

Itulah latar kisah dari sebuah kompleks pemakaman di daerah Paliyan ini. Sebuah kompleks pemakaman dengan dua buah bangunan makam utama untuk Ki Ageng Giring III dan sang Nyi Ratu Giring, gelar sang istri. Kedua makam ditandai dengan dua bangunan limasan yang berdekatan. Sedang pada sisi luar terdapat pemakaman umum kawasan Paliyan.

Baca Juga:  Museum Bahari Yogyakarta, Memberi Wawasan Baru

Hingga kini pemakaman ini masih ramai dikunjungi orang sebagai lokasi wisata Religi sejarah. Keberadaan tokoh yang dikenal juga dengan kedalaman ilmu agama dan spiritualnya itu menjadi salah satu figure panutan di kawasan Gunung Kidul. Hingga masih banyak orang berziarah ke area makam mengunjungi makam dari salah satu tokoh besar kejayaan Mataram.

Baca juga : Wisata Kuliner Jogja Di Sogan Village, Resto Ala Pedesaan

Photo by, lifetoreset.wordpress.com

Bagikan ke sosmed kamu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Gulir ke Atas