Gereja Ganjuran, Gereja Ala Jawa Ki Ageng Mangir

Gereja Ganjuran, Gereja Ala Jawa Ki Ageng Mangir
Gereja Ganjuran, Gereja Ala Jawa Ki Ageng Mangir

Gereja Ganjuran adalah sebuah gereja dengan konsep yang banyak mengawinkan budaya Kristen Eropa dengan budaya khas Jawa. Ada banyak hal menarik dari gereja kuno ini karena kekayaan budaya dan religi yang tersimpan di dalamnya.

Selain itu gereja ini berdiri secara khusus di desa Ganjuran. Desa ini berdiri di kawasan Bantul. Dulunya desa ini bernama Mangir sebuah desa merdeka di kawasan Mataram yang berdiri sendiri dan terpisah dari kepemimpinan Panembahan Senopati, Raja Mataram Islam masa itu. Desa ini dipimpin oleh Trah khusus dari kerajaan Mataram turunan langsung dari Raja Brawijaya, yakni Ki Ageng Mangir.

Di kawasan ini pula berdiri beberapa petilasan dari desa Lipuro pusat dari kawasan Kademangan Mangir atau tokoh pemimpinnya Ki Ageng Mangiran dan para pendahulunya. Beliau sendiri adalah tokoh konvensional di masa Mataram, menantu dari Panembahan Senopati yang kematiannya dikisahkan simpang siur, bahkan sebagian utama cerita dikatakan dibunuh sendiri oleh sang mertua.

Terlepas dari kisah kontroversial dari tokoh sejarah masa lalu ini, desa Mangir di kemudian hari berubah nama menjadi desa Ganjuran karena kisah cinta dari Ki Ageng Mangiran dan Raden Pembayun Putri dari panembahan Senopati yang berkahir tragis.

Di masa penjajahan Belanda, tepatnya di awal tahun 1920-an di desa ini berdiri sebuah pabrik gula bernama Gondang Lipuro. Pabrik gula ini berada di bawah pemimpinan dua orang Belanda bernama Joseph Smutzer dan Julius Smutzer. Kedua tokoh adik kakak ini adalah pengusaha asal Belanda yang juga merupakan missionaries gereja.

Baca Juga:  Wayang Kulit, Hiburan Yang Memberi Pelajaran

Dengan kemampuan mereka untuk dekat dengan penduduk setempat, mereka berhasil menjadikan desa Ganjuran sebagai desa Kristen dan untuk itu diperlukan sebuah gereja sebagai rumah peribadatan. Namun dengan kondisi budaya setempat yang masih kental dengan budaya Jawa Hindu, maka mereka perlu membangun gereja dengan sentuhan klasik Jawa yang kuat.

Inilah latar belakang dari berdirilah Gereja Ganjuran. Gereja ini berdiri di tahun 1924 dengan arsitek khusus bernama J Yh van Oyen. Beliau adalah tokoh arsitek yang secara khusus memiliki minat mendalam dengan gaya arsitektu ala Jawa.

Gereja ini merupakan bangunan akulturasi khas dari gaya arsitektur Eropa modern ala tahun 1920-an yang khas dengan konsep art deconya dengan desain khas arsitektur ala Jawa Hindu. Nuansa perbukitan di kawasan desa ini menjadi nilai lebih bagi desa ini sebagai kawasan religius bagi penganut agama Kristen.

Demi menampilkan akulturasi tadi, di kompleks gereja ini tampak bangunan unik yang bila Anda lihat dari atas akan menyerupai salib dengan konsep desain art deco. Kemudian bangunan altar yang menyerupai candi dengan nama bangunan Candi Hati Kudus Yesus. Yang menarik dari candi ini adalah di sisi tengah candi tampak patung Isa Almasih dalam busana Jawa lengkap. Memberi gambaran kedekatan Isa Almasih dengan budaya lokal.

Baca Juga:  Masjid Agung Gedhe Kauman, Menjadi Saksi Sejarah Perjalanan Islam

Terdapat pula pendopo dengan atap menyerupai punden berundak khas bangunan Jawa Hindu kuno. Bangunan pendopo disokong oleh 4 tiang bulat dari jati tua yang sengaja dibuat dominan. Ini adalah simbolis dari 4 tokoh penulis injil yakni Markus, Lukas, Matheus dan Yohanes.

Pada sisi lain terdapat bangunan altar yang lebih kecil dengan patung Bunda Maria dalam pakaian khas Jawa lengkap dengan gendongan bayi di sisi kirinya. Patung ini juga dibingkai dengan bangunan menyerupai candi dalam ukuran lebih kecil.

Nuansa Jawa Hindu juga muncul pada konsep bangunan penyimpanan peralatan missa, meja altar yang menyerupai relief bunga teratai dan berbagai perangkat ibadah lain. Bahkan tedapat batuan dengan relief yang kental ajaran Kristen dalam bentuk menyerupai relief pada candi Hindu.

Di sisi lain kompleks gereja terdapat tug atau sumber air yang mengalir dan dijadikan air suci bagi peribadatan. Air suci ini dianggap mengandung berkah sebagaimana kebanyakan budaya lokal lain di berbagai sumber air pada kawasan petilasan.

Sobat ingin meresapi misa gereja dalam budaya Jawa yang kental? Bahkan dengan alunan musik gamelan sebagai latar belakang dan tokoh Yesus dalam busana khas Jawa lengkap dengan sorjan? Cobalah wisata relogi Kristen unik di Gereja Ganjuran ini.

Photo by, Albertus Gregory

Bagikan ke sosmed kamu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Gulir ke Atas