Menguak Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949 di Kota Yogyakarta

Serangan Umum 1 Maret – Merupakan peristiwa heroik yang dilakukan masyarakat Yogyakarta demi mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sekaligus pembuktian kepada dunia bahwa bangsa Indonesia memiliki kekuatan yang penuh untuk melawan penindasan penjajah.

Mengapa Museum Serangan Umum 1 Maret 1949 didirikan

Menguak Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949 di Kota Yogyakarta
Menguak Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949 di Kota Yogyakarta (Photo by, instagram.com/zain_alfi)

Untuk mengenang peristiwa penting tersebut, dibangunlah monumen yang berlokasi di salah satu tempat pertempuran, yang sekarang ini bernama Titik Nol Kilometer. Supaya para pemuda, mengenang jasa para pahlawan yang sesungguhnya.

Kini, bekas lokasi pertempuran tersebut telah menjadi salah satu tempat wisata di Jogja yang paling sering di kunjungi. Selain karena lokasinya berada di pusat Kota, juga karena dekat dengan tempat wisata di sekitar Jalan Malioboro.

Buat Sobat, yang ingin tahu sebenarnya apa yang terjadi pada saat itu, berikut akan kami rangkum poin-poin umum dalam beberapa sub judul berikut ini;

Latar belakang serangan umum 1 Maret 1949

Agresi Militer Belanda ke-2 Desember 1948 adalah alasan mendasar bagi TNI untuk menyerang balik pihak militer Belanda. Dengan melakukan beragam sabotase seperti memutus jalur komunikasi, merusak jalur transportasi, dan menyerang konvoi tentara Belanda.

Peristiwa serangan umum 1 Maret 1949 secara singkat

Sabotase serta Propaganda pihak Belanda yang menyatakan bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada lagi. Panglima Besar Sudirman, pada saat itu langsung merespon setelah mendengar berita tersebut dari Radio Rimba Raya.

Dengan meginstruksikan Strategi dan memikirkan langkah-langkah yang harus diambil untuk mematahkan Propaganda pihak Belanda.

Melalui Letkol. Hutagalung, demi untuk meyakinkan dunia internasional terutama Amerika dan Inggris Raya, bahwa Republik Indonesia masih tangguh. Kita harus mengadakan serangan yang spektakuler, yang takan bisa disembunyikan oleh Belanda dan harus diketahui oleh UNCI (United Nation Commision for Indonesia).

Baca Juga:  Ini dia Kisah Saksi Wisata Religi Sejarah Jogja Di Situs Giring

Sekaligus juga wartawan-wartawan asing untuk disebarluaskan ke seluruh dunia. Untuk itu, para pemuda-pemuda berseragam TNI yang dapat berbahasa Inggris, Belanda, atau Perancis harus dikerahkan untuk menyampaikan pesan tersebut kepada wartawan asing.

Setelah melakukan pembahasan yang mendalam, terdapat satu kota besar “khusus” yang harus diserang secara spektakuler menurut Kolonel Bambang Sugeng, kota besar itu adalah Yogyakarta.

Dengan alasan (1) Yogyakarta adalah Ibukota Republik Indonesia, (2) Banyaknya wartawan asing di Hotel Merdeka Yogyakarta, serta adanya anggota delegasi UNCI, dan pengamat militer dari PBB, (3) Termasuk wilayah Divisi III/GM III sehingga tidak perlu persetujuan Panglima Divisi III/Gubernur Militer III, serta pasukan menguasai daerah operasi.

Kronologi serangan umum 1 Maret 1949

Berdasarkan alasan tersebutlah, Serangan Umum dilaksanakan di Yogyakarta, supaya mata dunia melihat bahwa Republik Indonesia masih ada dan TNI masih kuat.

Mengingat pada saat itu Yogyakarta berada di wilayah Wehrkreise 1 yang berada dibawah pimpinan Letkol. Suharto, maka kepadanya diperintahkan untuk mengadakan penyerangan sesuai strategi matang yang sudah ditentukan pada 1 Maret 1949, pukul 06.00 pagi.

Maka serangan tersebut dilancarkan tepat 1 Maret 1949 setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX, selaku pemegang kekuasaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tokoh serangan umum 1 Maret 1949

Secara garis besar, tokoh yang terlibat dalam serangan tersebut adalah masyarakat Indonesia, namun dipimpin oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX selaku pemegang kekuasaan wilayah Yogyakarta.

Baca Juga:  Candi Sambisari, Menyusun Sejarah Yogyakarta Kembali

Sekaligus melibatkan pertemuan penting sebelum penyerangan dilakukan, yang berada di tengah sawah, di sebuah Gubug yang dihadiri oleh petinggi militer yaitu Kolonel Bambang Sugeng, Letkol. dr. Wiliater Hutagalung beserta ajudan Letnan Amron Tanjung, dan Letkol. Suharto beserta ajudan.

Serta beragam lapisan masyarakat, termasuk Camat, Lurah sertah Kepala Desa yang berperan menyiapkan dan memasok perbekalan bagi Gerilyawan, sekaligus juga peran penting Palang Merah Indonesia sebagai divisi pertolongan dan medis.

Akhir peristiwa serangan umum 1 Maret 1949

Setelah penyerangan berakhir, berita tersebut menyebar keseluruh dunia, dan menjadi Headlines (Berita Terhangat) di berbagai media cetak. Sehingga, menguatkan posisi Republik Indonesia sebagai Negara dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB.

Bermula dari Instruksi Rahasia dari lanjutan Perintah Siasat No.4/S/Cop.I., tanggal 1 Januari 1949 yang dikeluarkan oleh Panglima Divisi III Kolonel Bambang Sugeng. Dalam suratnya menyebutkan,”…mengadakan perlawanan serentak terhadap Belanda sehebat-hebatnyayang dapat menarik perhatian dunia luar…”.

Dan sejalan dengan Surat Perintah Siasat 1 yang dikeluarkan oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman pada bulan Juli 1948.

Berakhirnya serangan dan membuktikan kekuatan besar Republik Indonesia kepada Dunia. Dan kini berdiri sebagai Monumen Serangan Umum 1 Maret, untuk mengingatkan generasi muda betapa sulitnya mereka (Para Pejuang) mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Oke Sob, demikianlah ulasan sekaligus sejarah singkat dibalik dibangunnya monumen Serangan Umum 1 Maret 1949. Jangan lupa like, komen, dan bagikan artikel ini, enjoy sobatJogja.com ~Maturnuwun

Bagikan ke sosmed kamu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Gulir ke Atas