Nostalgia Dengan Kue Putu Yang Tak Lekang Oleh Waktu

Kue Putu merupakan kudapan masa kecil yang penuh dengan cerita, sebuah kudapan yang tak lekang oleh waktu. Ada dan akan selalu ada sampai generasi penjaja kue putu benar – benar sudah tak ter-regenerasi lagi.

Disore itu menuju senja, ketika bingung ingin menulis apa, karena gerimis dan udara Jogja mulai membawa suasana nyaman tak ingin kemana.

Lalu, dari kejauhan terdengar suara khas kue putu, semacam seruling dengan nada mi (3) yang panjang, entah mengapa tiba – tiba berhenti didepan.

Nostalgia Dengan Kue Putu Yang Tak Lekang Oleh Waktu
Nostalgia Dengan Kue Putu Yang Tak Lekang Oleh Waktu (Photo by, sobatJogja.com)

Eh, ternyata tetangga sebelah ada yang beli, cukup waktu lama ketika bapak penjaja kue putu sudah akan beranjak.

Nostalgia Dengan Kue Putu Yang Tak Lekang Oleh Waktu

Tergerak hati ingin membeli, seketika senyum bapak itu menunjukkan betapa bahagianya beliau menjalani profesinya.

Rasa penasaran kemudian bertanya, “bapak sudah berapa lama menjual kue putu ?”, beliau menjawab dengan santai, “sejak Ayah saya berjualan kue putu juga di Magelang”.

Lanjut, beliau kemudian bercerita,”kalau saya asli Solo, jadi karena merasa bisa berjualan kue putu seperti Ayah saya, ya saya meneruskan usaha beliau saja.”

Rupanya beliau tidak tertarik untuk membesarkan usahanya, jadi ketika ada yang ingin bekerja sama beliau malah mengajarinya sampai bisa.

“Terlalu beresiko, karena bekerja sama dengan orang tidak semudah yang anda bayangkan, jadi untuk melestarikan kue putu, lebih baik saya ajari sampai bisa”, ungkapnya.

Sembari asyik membolak – balik kue putu, datanglah seorang Ibu dengan dua anaknya, “eh, bapak masih tetep saja tidak bertambah tua, masih saja terlihat muda”, sahutnya.

Baca Juga:  Bungong Jeumpa, Tempat Makan Enak di Jogja

Ternyata Ibu ini, sudah menjadi pelanggan setia kue putu beliau sejak ia (Ibu) masih kecil, maka terbayanglah berapa lama bapak penjual putu (tidak sempat menanyakan nama) ini sudah berjualan kue putu.

Tanpa disangka, baru saja menyantap kue putu legendaris.

Tidak disangka memang, dengan sepeda jengki tua yang masih terlihat bersih ini rupanya beliau telah melegenda.

Aroma kue putu ketika masih hangat memang sangat natural, bahkan tanpa tambahan warna apapun, putih dengan pemanis gula Jawa dan topping parutan kelapa.

Dari segi display sangat biasa, artinya tidak ada hal yang istimewa sangat sederhana namun terkesan lebih tradisional.

Sangat tradisional, mengingatkan kembali ketika masih kecil dengan penjaja kue putu yang senantiasa selalu datang disore hari, kala itu.

Kudapan berbahan dasar tepung beras ini memang sangat legend, karena diperkirakan sudah ada sejak 1200 Masehi.

Dari sekilas nama kue ini memang terdengar seperti nama anak pertama berdasarkan urutan lahir di Bali yaitu “Putu”.

Meski demikian, kue putu memang kudapan khas di pulau Jawa yang sangat mudah di temui dimana saja, sejak zaman Kerajaan.

Karena kudapan ini bebahan dasar beras, yang ditumbuk kemudian menjadi tepung, mengingat Nusantara kala itu sudah merupakan negeri agraris.

Teory ini, memang bila dikait – kaitkan akan menjadi panjang lebar dan polemik bila diteruskan.

Baca Juga:  Soto Sumuk, Memberi Sensasi Santap Kuliner Jogja Layaknya di Dalam Sauna

Memingat sejarah di Negeri ini tidak ada pencatatan yang pasti, sebab berdasarkan cerita sejarah dan temuan benda purbakala yang menjadi acuan sebuah sejarah dimulai.

Meski demikian, secara logis negeri dengan penghasil beras pastinya akan membuat varian – varian serta metode pengolahan beras. Termasuk kue putu ini.

Jadi secara kecerdasan pendahulu kita pastinya memiliki pemikiran yang sama dan kemudian tersebar se-antero negeri dengan penghasil beras.

Jadi, bila bicara sejarah kue putu akan sangat sulit darimana ini dimulai, namun yang pasti kudapan ini sudah menemani para pendahulu kita hingga penerusnya kini.

Untuk tetap bisa menikmati kue putu, yang sudah melalui masa – masa kelam dan masa – masa jaya Indonesia.

Jadi, tidak masalah darimana dan asli mana kue putu itu berasal, yang jelas kami sangat bahagia karena kue ini masih bertahan dan masih bisa kita nikmati di era modern ini.

Sangat nostalgic Kue Putu ini, mendengar peluitnya saja sudah mengingatkan kembali masa lalu, ketika menyantapnya juga teringat cerita – cerita menarik kala itu.

Dan kini, inspirasi yang didapat tidak perlu dicari, ternyata ada di sekitar kita, cuman kita hanya perlu lebih jeli dalam menggalinya. Oke Sob, demikianlah ulasan kuliner Jogja hari ini, sampai jumpa lagi dengan kuliner lainnya.

Bagikan ke sosmed kamu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Gulir ke Atas