Wayang Kulit, Hiburan Yang Memberi Pelajaran

Pertunjukan wayang kulit memang memiliki arti sekaligus makna di setiap cerita yang coba disampaikan sang dalang. Seperti dalang yang sering kita lihat kini, yaitu Sudjiwo Tedjo, yang turut mengkritisi sikap pemerintahan dan para elit politik yang nakal. Sentilan sang dalang memang kerap dan bahkan sering muncul pada cerita pewayangan.

Wayang Kulit, Hiburan Yang Memberi Pelajaran
Wayang Kulit, Hiburan Yang Memberi Pelajaran (Photo by, Bayu Comp)

Bisa dibilang wayang kulit juga media pembelajaran hidup yang coba disampaikan oleh sang dalang, tak dipungkiri memang. Gelak tawa sekaligus haru bisa kita rasakan saat melihat pertunjukan wayang kulit. Wayang kulit juga berperan dalam penyebaran agama di Nusantara, karena wayang kulit sering pula menjadi media penghantar suatu ajaran agama.

Terlepas dari itu semua, sosok dibelakang panggung yaitu dalang, pemain gamelan, karawitan, dan pengrawit. Merupakan bagian yang tak bisa dilepaskan dari seni pertunjukan wayang kulit, seperti sebuah satu kesatuan. Misi dari sang dalang sendiri juga beragam, ada yang menghibur dengan banyolan sebuah tokoh wayang, sekaligus mengangkat isu – isu yang sedang trend dimasanya.

Di zaman yang serba modern, wayang kulit tidak termakan zaman dan trend, karena wayang adalah maha karya seni budaya luhur. Nyatanya seni pertunjukan wayang tetap lestari seiring penuhnya gedung – gedung bioskop dengan film import-nya. Seolah sebuah regenerasi dari sang pendahulu, dalang cilik terus bermunculan pada sebuah bakat.

Baca Juga:  Pesona Candi Sewu Di Balik Kisah Dongeng Roro Jonggrang

Menarik sejarah kebelakang, pertunjukan wayang turut peran aktif dalam kejolak politik di zaman kerajaan pada masa lalu. Menggerakan masyarakat, melalui cerita – cerita wayang yang inspirasional, sekaligus memiliki arti dan makna. Sejak ribuan tahun yang lalu wayang dan dalang seperti seorang tokoh di balik pahit manis perjalanan masyarakat Indonesia.

Pertunjukan wayang diperkirakan sudah ada di Indonesia sebelum abad ke-4, berdasarkan prasasti Balitung yang berbunyi si Galigi Mawayang. Wayang yang memang sudah melekat di tanah Nusantara, menjadi media effective saat penyebaran agama Hindu, Buddha, Islam, dan Katolik sepanjang perjalanan kepercayaan bangsa Indonesia pada masa itu.

Menggunakan cerita Ramayana dan Mahabarata, serta wayang Sadat, dan juga wayang Wahyu sebagai media penyampaian suatu ajaran agama pada masyarakat Indonesia. Seperti itulah peran dari seni wayang, sebuah mahakarya seni buatan tangan terampil leluhur bangsa Indonesia. Sementara itu wayang yang pada mulanya adalah sebuah media hiburan rakyat menjelma sebagai peran penting perjalanan bangsa Indonesia.

Di kota Yogyakarta, pertunjukan wayang kulit terus berjalan seiring berjalanya waktu, yang diselenggarakan di Sasono Hinggil di utara Alun – alun selatan. Pementasanya kerap diadakan setiap minggu ke-dua dan ke-empat di tiap bulan. Pagelaran dimulai pukul 21:00 WIB sampai semalm suntuk.

Baca Juga:  Petualangan Spiritual Di Wisata Religi Yogya Sendang Sono

Sementara di Bangsal Sri Maganti juga kerap menggelar pementasan wayang kulit dengan durasi kurang lebih 2 jam. Mengingat letaknya di Kraton Yogyakarta, jadi acara dimulai pukul 10:00 WIB setiap hari Sabtu dengan tiket cukup terjangkau. Nah, rangkaian acara pewayangan memang tidak simple, jadi perasaan terpukau-lah yang dapat Sobat rasakan saat mengikuti cerita.

Sungguh hiburan masyarakat yang bukan saja sekedar menghibur, tapi juga memberikan pembelajaran mengenai kehidupan. Sudah sepantasnya bila wayang terus bergulir dan eksis sepanjang zaman. Dan peran penting itu ada di tangan kita, para penerus bangsa, mengemban tanggung jawab agar tetap lestarinya wayang kulit.

Beragam-nya wayang dijamin bakalan tidak membuat anda bosan, untuk terus mengikuti mendapat pelajaran dari makna yang tersirat di setiap pertunjukanya.

Bagikan ke sosmed kamu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Gulir ke Atas