Situs Pleret, Saksi Bisu Intrik Kerajaan Mataram Islam Masa Lalu

Beberapa kisah dalam beberapa serat dan babad memang menceritakan mengenai pemindahan pusat pemerintahan dan keraton kerajaan Mataram Islam dari kawasan Kotagede ke kawasan Kerto oleh pemerintahan Sultan Agung. Kemudian di era berikutnya, tepatnya di era Amangkurat I posisi keraton kembali digeser ke daerah pusat kota Pleret;

Situs Pleret, Saksi Bisu Intrik Kerajaan Mataram Islam Masa Lalu
Situs Pleret, Saksi Bisu Intrik Kerajaan Mataram Islam Masa Lalu (Photo by, tribunnews.com)

Malah sebelumnya, dikisahkan Pemimpin di kala itu sempat membangun semacam pesanggrahan di kawasan Wonocatur, Bantul dan berniat memindahkan istana ke kawasan ini, sampai turun wangsit untuk menjalankan pemerintahan dari Pleret Bantul dan dari sanalah berdiri keraton Pleret yang belakangan hanya tersisa puing-puing.

Puing-puing inilah yang kemudian dikenal dengan nama situs Pleret. Konon di masa lalu kawasan ini merupakan satu kompleks istana lengkap. Terdapat masjid agung kauman, pasar, pusat pemerintahan dan alun-alun, lengkap dengan beberapa kawasan ndalem seperti keputren, kanoman, demangan, kauman dan pungkuran, Suatu struktur  pemukiman standar dari kawasan kedathon.

Amangkurat I memang dikenal sebagai salah satu Raja Mataram Islam yang paling banyak menoreh sisi gelap dari kerajaan yang pada masa lalunya sempat menjadi salah satu macan dari pulau Jawa. Menebarkan kekuasaan ke berbagai penjuru dari Bali, Lombok hingga pulau Sumatera.

Baca Juga:  Wisata Sejarah Blusukan Di Situs Payak, Petirtaan Kuno Yang Tersisa

Pada masa ini, sang raja lebih banyak memilih membangun kerajaan dengan sistem pengamanan maksimal lengkap dengan sistem pertahanan terbaik di balik benteng tinggi keraton Pleret. Membangun keputren mewah dimana Sang Raja menyimpan sederet selir yang siap melayani.

Sedang di sisi lain politik dalam negeri sendiri tak teratur berkat intrik-intrik internal yang terjadi antara Sang Raja Amangkurat I dengan berbagai tokoh besar istana. Bahkan Sang Raja berkonflik dengan adik kandung dan sang mertua. Kondisi ini berpadu dengan semakin terhimpitnya ekonomi rakyat yang terus terdesak, karena dikerahkan untuk terus membangun istana megah di Pleret.

Jadilah sebuah istana mewah lengkap dengan segarayasa, sebuah kolam laut buatan yang menawan. Berbingkai gunung Sewu di kawasan Selatan dan pesona bangunan khas Jawa yang berhias cantik di setiap sudut. Dalam beberapa serat dikisahkan bahwa istana di Pleret merupakan salah satu istana termegah di dalam sejarah Mataram Islam.

Namun berkat perjalanan kerajaan yang sarat intrik dan konflik, akhirnya muncul pemberontakan besar sampai memaksa Amangkurat I melarikan diri bersama keluarga dan orang-orang terdekatnya menyisiri pantai selatan hingga akhirnya menyebrang melalui Banyumas dan berakhir di Tegal dan meninggal di kota ini.

Baca Juga:  Gamelan Jogja, Lantunan Harmony Alam Semesta

Sedang istana megah yang menjadi kebanggaan Amangkurat I hancur diluluh lantakan oleh para pemberontak. Hingga akhirnya tak banyak lagi yang tersisa di sana. Rakyat yang geram akan kekuasaan semena-mena sang raja dengan sengaja merusak keraton.

Baca juga : Petualangan Spiritual Di Wisata Religi Yogya Sendang Sono

Kini bila Anda bertandang ke situs Pleret yang berada di dalam desa Pleret Bantul ini, Anda hanya bisa menjumpai beberapa petilasan dari keraton Pleret, seperti sumur Gemuling, beberapa sisa soko guru dan sisa reruntuhan masjid gede Kauman Pleret serta beberapa makam termasuk makam salah satu istri Amangkurat I, yakni Ratu Malang.

Bagikan ke sosmed kamu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Gulir ke Atas