Menyusuri Sejarah Bangsa Dari Benteng Vredeburg

Menyusuri Sejarah Bangsa Dari Benteng Vredeburg
Menyusuri Sejarah Bangsa Dari Benteng Vredeburg

Di salah satu sudut sisi timur dari jalan Ahmad Yani, yakni jalan terusan selatan dari jalan utama Malioboro yang merupakan pusat ekonomi dari kota Yogyakarta berdirilah sebuah loji atau bangunan kuno berdesain khas masa penjajahan Belanda yang menyimpan kisah panjang perjalanan sejarah bangsa, yakni Benteng Vredeburg.

Benteng Vredeburg sendiri adalah bangunan benteng yang didirikan oleh bangsa Belanda tepat sekitar 2 tahun setelah perjanjian Giyanti di tanda tangani sebagai penanda berdirinya kerajaan Kesultanan Ngayogyakarta. Pada awalnya Belanda melihat kesultanan Ngayogyakarta bukan sebuah ancaman berarti hingga kemudian, mereka melihat kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono I yang cukup gesit dan cerdas dalam meningkatkan kekuasaan dan kesejaheraan kerajaannya.

Kepemimpinan Hamengkubuwono I ini dinilai perlu menjadi sebuah kewaspadaan sehingga dibuatlah benteng Rustenberg cikal bakal dari benteng Vredeburg. Benteng ini berada di poros utama antara Merapi – Keraton, jalur utama yang menjadi nilai kultural penting dalam keraton Ngayogyakarta kala itu.

Benteng dengan bentuk menyerupai segi bujur sangkar ini sengaja di bangun untuk mengintai aktivitas dari keraton Ngayogyakarta dan para penghuninya. Dengan adanya benteng Rustenberg, maka Belanda bisa sangat leluasa mengintimidasi pihak keraton sekaligus mengawasi perkembanga dalam keraton. Kata Rustenberg berfungsi sebagai kamuflase atas aksi spiones Belanda di Indonesia.

Sebenarnya pada tahun 1760, Benteng ini sudah berdiri dalam bentuk sederhananya. Dibuat dari tanah lempung dengan tiang-tiang dari kayu. Belanda berdalih keberadaan museum ini membantu pemerintahan Yogyakarta dalam tugas mengamankan kawasan wilayah Jogja dan sekitarnya. Termasuk mengawal aktivitas ekonomi di kawasan Malioboro ini.

Baca Juga:  Taman Sari: Saksi Bisu Kejayaan Kasultanan Ngayogakarta

Namun pada kesempatan lain, tepat dua tahun dari perjanjian Giyanti atas rekomendasi pepemerintahan Belanda untuk kawasan Yogya ketika itu, W.H Van Ossenberg, maka berdirilah benteng permanen pada bangunan sementara ini. Nama Rustenberg digunakan sebagai symbol benteng ini pertujuan untuk menjaga ketentraman negeri Yogyakarta, karena kata ruste dalam bahasa Belanda berarti peristirahatan.

Bangunan loji dari Benteng ini berupa bangunan dengan bentuk persegi atau bujur sangkar dengan empat buat menara pantau yang biasa disebut sebagai seleka. Seleka ini terdiri dari 4 buah yang berada di 4 sisi dengan nama Jaya Wisesa, Jaya Purusa, Jaya Prakosaningprang dan Jaya Prayitna.

Di dalamnya terdapat beberapa bangunan dengan fungsi sebagai rumah-rumah bagi para perwira tinggi, asrama prajurit, gudang logistic, rumah sakit prajurit dan rumah residen. Bangunan ini mampu menampung setidaknya 500 prajurit.

Pada sisi belakang dari bangunan terdapat jalur menuju kompleks loji kecil yang kini lebih dikenal sebagai kawasan taman Pintar. Di lokasi ini terdapat Sosietied Militer yang di masanya menjadi pusat aktivitas hiburan bagi para prajurit dan perwira.

Sedang pada sisi luar bangunan ini, terdapat parit yang mengelilingi benteng yang fungsinya sebagai perlindungan benteng. Sedang pada pintu gerbang terdapat jembatan angkat yang fungsinya menghambat akses masuk bagi pihak-pihak yang tidak diharapkan.

Pada tahun 1876 terjadi gempa besar di kota Yogyakarta sehingga bangunan benteng Rustenberg ini runtuh. Denga dalih demi memastikan kestabilan keamanan di kawasan Yogyakarta pasca gempa, maka bangunan reruntuhan benteng ini dengan cepat diperbaiki denga desain yang sama dan di beri nama benteng Vredeburg. Nama Vredeburg berasal dari kata Vrede yang bermakna kedamaian, sebagai gambaran betapa damainya hubungan baik antara Belanda dengan Kesultanan Yogyakarta.

Baca Juga:  Telusuri Situs Sejarah Purbakala Di Sokoliman, Gunung Kidul

Pembangunan kedua ini merombak beberapa hal yang sudah dianggap tertinggal di masa itu seperti jembatan angkat yang diganti dengan jembatan permanen dan menara pantau yang dibuat lebih tinggi. Bahkan meriam yang digunakan juga diganti dengan model terbaru di masanya.

Benteng Vredeburg juga sempat dikuasai oleh penjajahan Jepang di masa kekuasaannya di Nusantara dan menjadikannya sebagai bangunan penjara bagi para tahanan baik dari kalangan Belanda maupun kalangan pribumi. Asrama prajuritnya juga sempat digunakan sebagai tempat tinggal para tentara Kampetei, pasukan pribumi buatan Jepang.

Saat ini dengan di-sahkannya benteng ini sebagai asset negara dan bangunan museum nasional pada tahun 1992, maka bangunan benteng Vredeburg ini difungsikan sebagai museum penyimpanan beragam barang peninggalan real dari masa penjajahan.

Selain itu kini di museum ini juga sudah disediakan beragam diorama yang menggambarkan gejolak perjuangan bangsa dari masa ke masa yang terkait dengan kota Yogyakarta, lengkap dengan audio penjelasan. Demi memberi Anda pengalaman berbeda menelusuri kisah panjang perjuangan rakyat Jogja dalam perannya di mencapai kemerdekaan bangsa melalui museum Benteng Vredeburg.

Photo by, IndonesiaKaya.com

Bagikan ke sosmed kamu

3 Komentar

  • Line Jogja City Tour
    Melayani Car Rental, Hotel Reservation, City Tour Private/Group
    Jangan ragu hub. kami, konsultasikan rencana wisata Anda dan kami siap membantu dengan sepenuh hati
    PIN BB : 51211677

    Balas
  • Thank you for another informative web site. Where else may just I am getting that kind of info written in such a perfect manner? I’ve a mission that I am simply now operating on, and I have been on the glance out for such information.

    Balas
  • Menyusuri Sejarah Bangsa Dari Benteng Vredeburg, memang paling pas saat weekend tiba..

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Gulir ke Atas