Batik Jogja, Warisan Budaya Luhur Bangsa Indonesia

Batik Jogja tentu saja berbeda dengan Batik Solo, Batik Bali, Batik Pekalongan, Batik Papua dan Batik lainya di Nusantara. Yang membuat beda tentu motive-nya, sedangkan cara pembuatanya tetaplah sama yaitu di Batik. Nah, sebagai bangsa Indonesia tentu saja kita harus bangga mengenakan Batik, tidak menghiraukan Batik asal mana atau daerah mana.

Batik Jogja, Warisan Budaya Luhur Bangsa Indonesia
Batik Jogja, Warisan Budaya Luhur Bangsa Indonesia (Photo by, Batik Jirolupat)

Karena kini Batik milik bangsa Indonesia bahkan dunia, apalagi pada 2 Oktober 2009 UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi. Itu sebabnya 2 Oktober sebagai hari batik “Dunia”, ini sekalanya Dunia lho Dunia bukan nasional lagi.

Jadi, malu kalau di lemari pakaian anda tidak ada Batik, atau Minimal 1 kali dalam seminggu tidak mengenakan Batik.

Karena bukan saja soal kebanggaan bila mengenakan batik, tapi juga warisan leluhur bangsa Indonesia yang memiliki kreatifitas luar biasa. Pantas saja bila tokoh dunia mengagumi Batik, semisal Bapak Nelson Mandela yang selalu mengenakan Batik diacara penting beliau.

Bahkan pesona Batik ini sudah memukau dunia sejak abad ke-17, sampai – sampai seorang penulis asal Inggris, Sir Thomas Stamford Raffles menulis di bukunya yang berjudul “History Of Java” (London, 1817).

Baca Juga:  Museum Tani Jawa: Belajar Teknik Pertanian Dari Masa Lalu Hingga Kini

Batik Jogja sendiri memiliki motif yang sangat kental akan Kesultanan Yogyakarta dan terdapat motif tertentu yang hanya di kenakan oleh Sri Sultan. Mengingat kecintaan masyarakat pada Sang Raja maka dibuatlah motif Batik yang memang khusus untuk beliau. Perkembangan Batik Jogja, sendiri memang mengalir dalam hembusan alam.

Dalam artian, Industry Batik Jogja berjalan seiring bergulirnya waktu, karena masyarakat Jogja sendiri sangat menyukai mengenakan Batik. Selain itu juga harga yang ditawarkan juga cukup terjangkau untuk beberapa motif Batik tertentu. Tak heran bila anda sedang berjalan – jalan di Malioboro, banyak wisatawan yang memborong Batik untuk oleh – oleh.

Kembali ke sejarah, teknik membatik ini memang sudah dikenal oleh beberapa Negara di dunia khususnya di Asia dan Africa. Di Indonesia sendiri kata Batik berasal dari etimologi kata “Amba” yang artinya menulis dan “Titik” yang artinya titik. Teknik pewarnaan kain menggunakan Malam (Cairan Semacam Lilin) diketahui sejak zaman Mesir kuno yang ditemukan pada abad ke-4 SM.

Teknik serupa (Batik) juga ditemukan di Dinasti T’ang China (618 – 907) juga di India dan Jepang pada masa Periode Nara. Lalu bagaimana bisa sampai ke Indonesia ? Nah, pertanyaan semacam ini mungkin timbul dari pemikiran Sobat. Jawabanya adalah tidak sampai ke Indonesia, melainkan teknik membatik ini memang sudah ada sejak era Kerajaan Majapahit.

Baca Juga:  Menyusuri Karya Maestro Dalam Museum Affandi

Menurut sejarawan teknik membatik ini juga sudah ada di daerah Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua yang notabene tidak mendapat pengaruh dari budaya Hindu pada masa itu. Secara rasional menunjukan bahwa tekniknya sama yaitu di-Batik namun yang membuat beda adalah cara mengerjakan dan sekaligus juga corak motifnya.

Sampai pada tahun 1920-an ditemukan teknik Batik Cap, yang semakin menunjukan eksistensi budaya membatik yang terus berkembang. Bahkan kini juga sudah banyak dibuat batik kontenporer alias motif mengikuti jaman, seperti yang lagi ngetrend motif batik club Bola dan masih banyak lagi lainya.

Menunjukan kalau Batik bukan saja sekedar selembar kain, tapi juga menunjukan identitas sebagai Bangsa Indonesia. Begitu pula dengan Batik Jogja yang terus berkembang dan tetap khas meneruskan nilai budaya luhur.

Bagikan ke sosmed kamu

2 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Gulir ke Atas